Hari itu, 2 Maret 2020.
Terima kasih Allah, telah memberiku kesempatan untuk bersamanya kedua kalinya. Tentu saja ini disengaja. Senang sekali rasanya. Bikin senyum-senyum terus kalo diinget-inget.
Jujur sebenernya aku nggak ekspektasi kalo malam itu bakalan ada. Aku berencana untuk buang jauh-jauh harapan, karena aku berpikir "emang iyaya? ah nggak deh. kayaknya nggak mungkin" hmmm tapi pas nggak disiapin, ternyata jadi.
Tiba-tiba my favorite notification muncul di layar henponku. "oh yaa, ini beneran?" Seneng karena ini bukan mimpi. Lalu aku menyiapkan semuanya hehe. Kapan lagi aku bisa bersamanya kalo nggak di situasi kayak gini. Aku ucapkan terima kasih kepada temanku yang secara tidak langsung juga membuat semua ini terjadi.
Mulai bercakap-cakap seperti pertama kali bertemu, topik pembahasan kali ini berbeda. Aduuuh, pokoknya kalo sama kamu mau ngomongin apa aja aku mau. Selalu seru ngobrol sama kamu.
Perjalanan cukup panjang bagiku, rasanya aku nggak mau perjalanan ini berakhir. Yaa biar aku bisa terus-terusan ngobrol sama kamu. Menghabiskan waktu bersama. Meskipun aku tau, kamu nggak ngrasain hal yang sama dengan apa yang aku rasain ke kamu. Perjalanan kali ini seru sekaliii. Sepertinya aku tidak bisa melupakan. Haha iyaa, aku dan dia nyasar. Momen terbahagia dalam hidupku. Kapan lagi aku nyasar berdua aja sama orang ini. Udah jarang banget ketemu, eh pas lagi bareng jadi kocak begitu. Makasih udah bikin aku tenang dan merasa aman. Sorri rewel banget aku jadi orang.
Ketawa dan ngobrol nggak brenti-brenti sampek akhirnya kita sampe di tempat tujuan. Tapi dia ribet banget. Sumpah. Tapi aku suka, gimana dong hehe. Dan untuk pertama kalinya aku tau dia melakukan kebiasaan yang nggak aku suka. Nggak papa. Bukan hak aku untuk melarangnya. Terserah dia. Aku tidak lagi menjadi bagian di hidupnya.
Disana, aku tahu sesuatu yang jujur buat aku sedih. Tapi harusnya aku nggak boleh sedih. Iya nggak boleh. Kenyataannya perasaanku tidak bisa dibohongi. Yaudah, nanti rasa ini juga bakalan ilang, semuanya kan butuh waktu - begitu katanya kepadaku suatu hari sebelum semua ini terjadi. Maafin aku karena aku belum bisa ngilangin perasaan ini. Tapi aku udah berusaha, nyatanya emang nggak semudah itu buat aku. Maaf yaa, nanti aku coba lagi yang lebih keras supaya semuanya bisa baik-baik saja seperti perasaan kamu ke aku.
Selesai.
Di perjalanan pulang, aku kembali ngobrol banyaaak hal sama dia. Yang paling aku ingat, dia mengatakan sesuatu kepadaku yang membuat hatiku senang. Tapi kata sobiku, "ih itu cuman kata-kata fakboi, fakboi kan pinter kalo urusan kayak gitu". Tapi dibalik rasa senang yang aku rasain, aku sadar itu kata-kata yang sangat biasa diucapkan kepada sesama teman. Namun, perasaanku tidak biasa menerimanya.
Akhirnya aku mengerti, kenapa kamu bisa sampai seperti ini. Aku tau sedikit hal tentang kamu lewat percakapan kita. Kalo aku boleh tau, apa sih yang kamu pikirin tentang aku? Biasa aja ya pasti. Tentu saja. Mungkin. Yaudah nggak papa.
Aku tau, kamu dan aku nggak akan lagi bisa kayak 6 tahun yang lalu. Ada seseorang yang sangat berharga sekali dalam hidupmu yang akan selalu kamu bahagiakan. Iya aku tau, dia sumber kebahagiaanmu. Jaga baik-baik ya. Aku doakan selalu yang terbaik untuk kalian berdua.
Untukmu, ku doakan segala hal baik datang di hidupmu. Semoga kamu segera kembali ke jalan yang benar. Meskipun aku sadar kamu bukan untukku, tapi aku ingin kamu jadi orang yang lebih baik. Thank you, you made my day. Jika Allah ngasik kesempatan untuk ketemu lagi, semoga semuanya sudah lebih baik dari sebelumnya. Maafkan aku dan perasaanku. Tenang saja aku tidak akan mengganggu. Pasti. Semoga kamu selalu bahagia dan beruntung. Terus sama-sama yaa. Semoga suatu hari nanti, aku bisa menjadi salah satu orang yang ikut berbahagia ketika kamu dan sumber kebahagiaanmu bersama untuk selamanya.